Philadelphia,
Keyakinan dan doa yang intensif dapat mengubah kesehatan dan kekuatan otak,
memfokuskan otak pada perasaan tenang dan mengontrol rasa marah. Orang atheis
yang tidak memiliki agama pun ternyata bisa meningkatkan kekuatan otaknya hanya
dengan memiliki keyakinan.
Tidak ada yang
memungkiri bahwa keyakinan dan doa bisa menjadi satu motivasi dan dorongan
hidup. Kekuatan keyakinan itu jualah yang dipakai oleh orang-orang atheis untuk
menjalani hidupnya. Meskipun mereka mengambil jalan untuk tidak memeluk suatu
agama, para ahli syaraf menemukan bahwa orang atheis ternyata melakukan hal
yang sama dengan mereka yang memeluk suatu agama.
Kuncinya,
menurut Andrew Newberg, dalam bukunya yang terbaru 'How God Changes Your Brain'
terdapat pada konsentrasi dan efek menenangkan seperti dari meditasi dan
intensitas berdoa di dalam otak.
Melalui scanner
otak, diketahui bahwa kekuatan meditasi dan doa yang intens dapat mengubah
kekuatan otak, menguatkan dan memfokuskan otak pada perasaan tenang, ketakutan
dan mengontrol rasa marah.
"Ketika
seseorang berpikir tentang sebuah pertanyaan besar dalam hidup atau memaknai
sesuatu dalam hidup, fakta yang sama menurut teori seorang religius, peneliti
maupun psikolog adalah otak akan terus berkembang," ujar Newberg dari Center
for Spirituality and the Mind di University of Pennsylvania, seperti dikutip
dari Reuters, Selasa (18/8/2009).
Studi terhadap
peran otak dalam kehidupan beragama yang dilakukan oleh para neurotolog dari
University of Pennsylvania's Hospital tersebut hanya ingin mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi dalam otak para penganut kepercayaan ketika mereka merenung
dan berdoa kepada Tuhannya.
Ilmu pengetahuan
dan kepercayaan agama seringkali berbenturan, namun dengan adanya penelitian
ini keduanya bisa saling bersatu. "Kedua unsur ini adalah bagian
terpenting yang mengatur hidup seseorang, mengapa tidak dicoba saja
digabungkan," ujar Newberg.
Newberg pun
menyimpulkan satu hal dari studinya. "Jika Anda melihat otak seorang yang
rajin berdoa, Anda akan menemukan sebuah ruang khusus yang biasa digunakannya
untuk berdoa pada Tuhan. Hal ini menandakan bahwa otak adalah tempat terjadinya
fenomena spriritual," jelas Newberg.
Seseorang yang
jarang berdoa hanya akan memiliki ruang yang kecil dalam otaknya karena tidak
digunakan secara intensif. Artinya, seorang yang beragama pun tapi jika tidak
percaya pada keyakinannya hanya akan memiliki ruang yang kecil pada otaknya.
Sebaliknya,
orang atheis dapat memiliki ruang di otaknya meskipun mereka tidak memeluk
suatu agama tapi berkeyakinan pada satu hal dan termotivasi dengan keyakinannya
itu.
Dalam bukunya,
Newberg menggambarkan bahwa di dalam otak terdapat 'God Circuit' atau sirkuit
Tuhan yang mempengaruhi keyakinan seseorang, dan akan terus berkembang jika
terus digunakan dan dilatih, contohnya melalui meditasi dan doa.
Meditasi dan
berdoa akan mengaktifkan otak bagian depan, yang menciptakan dan menggabungkan
semua pikiran tentang Tuhan, termasuk area otak yang mengatur
pemikiran-pemikiran logis. Dengan melakukan meditasi atau berdoa, sirkuit Tuhan
dalam otak akan meningkat dan perasaan pun menjadi lebih tenang.
"Hanya
dengan 10 hingga 15 menit saja melakukan meditasi atau berdoa, akan memberi
efek yang positif terhadap daya kognitif, relaksasi dan kesehatan
psikologi," ujar Newberg.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar